Antara Perpustakaan
dan Minat Baca Siswa
Pepatah mengungkapkan buku adalah sahabat dan guru yang
baik. Buku dengan sabar mengajarkan banyak hal yang kita tidak ketahui,
memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan. Buku juga mengajak kita berpetualang
ke berbagai tempat dan dimensi.[1] Melalui buku, kita
dapat merealisasikan salah satu bentuk dari perintah pertama dan utama yang
berasal dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw, yakni membaca. “Membaca”
dalam aneka maknanya sebagaimana yang diungkapkan oleh Quraish Shihab, adalah
syarat pertama dan utama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
syarat utama membangun peradaban.[2]
Dari dua alur pemikiran ini dapat dilihat betapa erat kaitan
antara buku dan aktivitas membaca. Karena makna membaca yang demikian luas
terhadap segala aspek kehidupan yang tampak maupun yang tidak nampak merupakan
obyek bacaan bagi manusia. Dalam dunia pendidikan, untuk menjembatani dua hal
di atas, maka pemerintah mengupayakan adanya perpustakaan pada
setiap sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Hal ini mengingat
akan pentingnya peran membaca dalam pendidikan, karena seluruh materi belajar
membutuhkan kemampuan membaca peserta didik untuk dapat menyelesaikan
kompetensi tertentu di segala bidang studi. Oleh karena itu, perpustakaan
sekolah merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang tidak dapat
dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah.[3]
Fenomena dalam kehidupan dan perubahan tatanan sosial seiring
dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi informasi, dapat dilihat
betapa hubungan antara membaca dan buku semakin tersingkirkan dengan hadirnya
berbagai media hiburan seperti televisi, VCD, video games, dan play station. Hal ini diperburuk
lagi dengan buku-buku teks di sekolah dikemas dengan kurang menarik.
Kecenderungan peserta didik-peserta didik sekarang yang dipicu oleh hadirnya
berbagai media hiburan, sangat menyukai berbagai visual atau gambar yang
menarik. Keadaan ini menyebabkan banyaknya peserta didik membaca buku hanya
terpaksa dan tak lebih hanya sekedar memenuhi kebutuhan belajar.
Dengan demikian, eksistensi perpustakaan sebagai sebuah wahana
belajar siswa, yang dapat membantu siswa dan guru dalam memacu tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah, mendapat tantangan yang tidak kecil untuk dapat
menarik perhatian peserta didik kembali, agar peserta didik dapat dikembangkan
dari membaca hanya sekedar memenuhi kebutuhan belajar menjadi menyenangi dan
mencintai aktivitas membaca.
Pada saat ini dunia pendidikan kita
masih dihadapkan dengan suatu kondisi pasif tentang kurangnya gairah dan
kemampuan para subyek didik untuk mencari, menggali, menemukan, mengolah,
memanfaatkan dan mengembangkan informasi. Salah satu sebab etimologisnya yaitu
lemahnya minat baca mereka. Inilah yang perlu dicermati perkembangannnya serta
diupayakan alternatif solusinya.
Minat merupakan salah satu disposisi
(kecenderungan) individu yang berdasar pada kesenangan dan hasrat yang selalu
timbul untuk memiliki atau melakukan sesuatu. Minat seseorang menimbukan
motivasi untuk mendapatkan atau melakukan apa yang diminatinya. Besar atau
kecilnya minat yang ada dalam dirinya terhadap sesuatu berpengaruh pada kuat
atau lemahnya motivasi yang dimilikinya. Dengan demikian, minat baca seorang
ssiswa akan mempengaruhi motivasinya untuk membaca.
Minat baca lebih banyak dipengaruhi oleh
pengalaman atau lesson learnt yang telah diperoleh dari lingkungannya baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah masyarakat. Dari ketiga lngkungan
pendidikan tersebut, lingkungan yang dipandang lebih potensial untuk
menumbuhkankembangkan minat baca anak dalah lingkungan pendidikan, terutama
yang dikelola melalui jalur sekolah.
Namun persoalannya adalah lingkungan pendidikan
sekolah yang bagaimana yang dapat menumbuhkembangkan minat baca anak?
Tentunya adalah sekolah yang di dalamnya tercipta situasi pembelajaran yang
menyenangkan, menumbuh-kembangkan rasa ingin tahu, mengaktifkan siswa, memberi
kesempatan kepada mereka untuk berpikir kritis dan logis serta untuk mengembangkan
kreativitasnya, dan yang memungkinkan mereka belajara secara efektif. Mengapa
demikian? Bagaimana pula menciptakan situasi pembelajaran seperti itu sehingga
berdampak posistif terhadap minat baca anak?
Pertama, pembelajaran yang menyenangkan,
yang dibangun guru melalui komunikasi awal yang baik dengan ekspresi wajahnya
tulus dan menyenangkan, melalui cerita yang menarik, ataupun humor segar,
penamilan gambar yang menarik, atau penggunaan alat peraga lain yang
mengasyikkan siswa, pemberian perhatian kepada mereka dan pemberian perhatian
kepada mereka dan pemberian reinforcement (penguatan) terhadap jawaban atau
respon siswa, semuanya dapat menstimulasi dan meningkatkan minat baca siswa.
Bagaimana mungkin hal ini tejadi? Untuk menelusurinya memang tidak mudah,
tetapi bila diperhatikan dengan cermat, keterkaitan antara pembelajaran yang
menyenangkan semacam itu dan minat baca siswa akan terlihat.
Efek kinerja guru yang menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan terhadap minat baca siswa bersumber pad
komponen-komponen sikap, pengetahuan, ketrampilan, perbuatan atau perlakuan
guru terhadap siswa. Guru yang mempunyai komitmen dan totalitas pengabdian yang
besar akan berupaya memberikan perhatian yang sebaik-baiknya kepada siswanya.
Selain pengaruh sikap guru, penguasaan pengetahuan dan keterampilan guru yang
terlihat dan diakui oleh siswa-siswinya ketika bercerita, atau ketika ia
membelajarkan siswa-siswanya melalui ceramah, demontrasi, eksperimen, atau
pemecahan masalah juga dapat berdampak positif terhadap penumbuhkembangkan
minat baca siswa. Fenomena kinerja guru yang kualitasnya diketahui dan diakui
para siswa, apalagi pembelajaran yang dikelolanya itu menyenangkan, bahkan
mengasikkan mereka, dan pada gilirannya menumbuhkembangkan rasa ingin tahu
mereka, tentu hal ini akan mendorong mereka untuk mencari sumber cerita,
penjelasan guru, dan sumber pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan
percobaan atau investigasi sederhana yang mereka lakukan.
Terakhir, yang tak kalah pentingnya
yaitu hendaknya pengelola sekolah, khususnya Komite Sekolah menyediakan
buku-buku bacaan yang menarik, bermakna, dan bervariasi. Dengan demikian minat
baca siswa yang berbeda-beda dapat terlayani dengan baik.
Membangun Budaya Baca
Salah satu upaya pengembangan minat dan
kegemaran membaca adalah dengan adanya distribusi buku. buku merupakan salah
satu syarat mutlak yang diperlukan untuk pengembangan program ini, khususnya
bagi anak-anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi
informasi. Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi
perkembangan anak.hal inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin maraknya
industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan
secara global.
Industri perbukuan yang dikemukakakan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Wardiman Djojonegoro, bahwa ada 4
(empat) pilar utama yang ada dalam industri perbukuan. 4 pilar utama tersebut,
yaitu: (1) pengarang, (2) penerbit (maupun percetakan), (3) distributor, dan
(4) konsumen.
Pertama, pengarang merupakan
pilar utama yang harus ada dalam penggalakkan industri perbukuan. Penggalakkan
upaya pengembangan dan perkembangan perbukuan nasional diharapkan adanya adanya
pengarang/penulis berbakat dan hasil karya yang berupa buku-buku yang berkualitas,
jurnal, dan semisalnya. Sehingga memberi peluang kepada penulis-penulis ataupun
pengarang-pengarang untuk mengembangkan potensinya.
Kedua, selain adanya
pengarang juga dibutuhkan adanya penerbit yang bersinergi dengan pengarang.
Pengarang menghasilkan karya, sedangkan penerbit berfungs menerbitkan hasil
karya pengarang. Namun tidak dapat dinafikan, sulitnya pengarag menembus
ketatnya persaingan dalam menerbitkan karya, mengindikasikan bahwa hanya
karya-karya bermutu dan berkualitas sajalah yang layak terbit. Sehingga,
dibutuhkan suatu wahana untuk memuluskan hasil karya anak bangsa ini misalnya
ditelorkannya kebijakan pemerintah menerbitkan karya tersebut walaupun hanya
sekedar sebagai prototif buku-buku “drop-dropan” dari pemerintah dengan catatan
karya tersebut sesuai dengan budaya, corak, dan kebutuhan sekolah penerima.
Ketiga, distributor ini
merupakan kepanjangan tangan dari penerbit dan pengarang untuk mendistribusikan
hasil terbitan penerbit yang bersangkutan. Dankeempat, adalah konsumen
yang menjadi objek dalam pengembangan dan perkembangan industri perbukuan.
Konsumen membeli buku-buku yang mereka perlukan. Jika anak sudah dbiasakan
membaca di usia dini, maka sudah barang tentu ide besar Wardiman Djojonegoro
akan menjadi sebuah kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar